Ads

Wednesday, 14 December 2016

Museum Wayang Kekayon


Sejarah atau arti dari Kekayon adalah merupakan kata lain untuk Gunungan dalam pementasan wayang, yang memiliki simbol kehidupan. Awal mula berdirinya Museum Kekayon berasal dari inisiatif Prof. Dr. dr. KRT. Soejono Parwirohusodo, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa.
Prof. Soejono merupakan sosok yang sangat mencintai dunia pewayangan dan memiliki cita-cita untuk mendirikan museum khusus wayang dengan harapan agar generasi muda lebih mengetahui dan memahami kebudayaan adiluhung bangsa. Pada tahun 1981 gagasan beliau mulai direalisasikan. Beliau mulai mematangkan konsep bentuk bangunan, isi, hingga lokasi di mana museum didirikan. Proses pematangan konsep dan pembangunan selesai pada tahun 1987. Selama proses tersebut, Prof. Soejono juga berkeliling nusantara untuk menambah koleksi wayang yang telah beliau miliki.
Pada tanggal 5 Januari 1991, Museum Wayang Kekayon diresmikan keberadaannya oleh Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam VII dan mulai dibuka untuk umum. Museum yang dibuat dengan khasanah arsitektur tradisional Jawa berbentuk Joglo ini, menempati 9 unit bangunan dengan luas tanah sekitar 1,1 hektar di tepi Jalan Raya Yogyakarta – Wonosari, km 7.
Museum Kekayon memiliki koleksi 5.465 buah wayang yang terbagi menjadi 25 jenis wayang baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Jenis-jenis wayang yang berhasil dikoleksi antara lain Wayang Purwa, Wayang Madya, Wayang Bali, Wayang Suluh, Wayang Golek, Wayang Potehi, Wayang Kancil, Wayang Thailand, Wayang India, dan masih banyak lagi. Selain wayang, Museum Kekayon juga memiliki koleksi aneka topeng.
Sepeninggal Prof. dr. Soejono, pengelolaan museum ini dilakukan oleh putranya, RM. Donny Megananda, S.Si, MM. Saat ini, Museum Wayang Kekayon yang diasuh oleh Yayasan Sosial Kekayon tergabung menjadi anggota Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Museum Wayang Kekayon terbagi menjadi beberapa bagian. Pertama adalah gedung induk yang beruba bangunan Joglo lengkap dengan kuncung, pendapa, longkang, peringitan dan juga ndalem dengan sarean tengah. Bangunan induk ini menjadi kantor Yayasan kekayon sekaligus tempat dilangsungkannya pertunjukan seni. Selain itu, gedung ini juga sering disewa untuk acara resepsi pernikahan.
  • Koleksi museum sendiri diletakkan di bangunan-bangunan khusus yang terbagi menjadi 9 unit dengan rincian sebagai berikut:
     Unit 1 (Wayang Purwa Gaya Yogyakarta): berisikan koleksi wayang era Lokapala, Ramayana, Mahabarata, pasca Bharatayudha, Wayang Wong Raden Gatot Kaca, serta koleksi pagelaran Wayang Purwa lengkap gaya Yogyakarta.
  • Unit 2 (Wayang Purwa gaya Surakarta): berisikan rincian busana wayang, silsilah Dinasti Bharata, Palasan Krama, Jejeran Astina, Pasetran Gandhamayit, Parepatan Agung para dewa, Karna Tanding, Budhalan Astina, Wayang Wong Sri Bathara Kresna.
  • Unit 3 (Wayang Madya dan Gedhog): berisikan Wayang Geculan, Bandung Bondowoso, Anglingdarma, Panji-Klana, aneka gunungan Wayang Madya daya Surakarta, Wayang gedhog gaya Yogyakarta dan Wayang Wong Dewi Shinta.
  • Unit 4 (Wayang Klitik, Krucil, dan Beber): berisikan Damarwulan Begal, Menakjingga Lena, Rama tambak, Mintaraga, Adegan Gua Kiskendha, Wayang Klithik gaya Yogyakarta, Wayang Klitik gaya Banyuwangi Tulungagung, Wayang Beber gaya Surakarta dan Wayang Wong Prabu Gambiranom.
  • Unit 5 (Aneka Jenis Wayang): berisikan koleksi Wayang Madura, Wayang Dupara, Wayang Kartasura, Wayang Kidang Kencana, Wayang Kancil, Wayang Purworejo, Wayang kaper dan Wayang Wong Prabu Ramawijaya.
  • Unit 6 (Aneka Jenis Wayang): berisikan koleksi Wayang Bali, Wayang Menak, Wayang Perjanjian, Wayang Suluh, Wayang Golek Menak Sentolo, Wayang Golek Menak BAntul, Wayang Golek Wahyu, Wayang Golek Tengul dan Wayang Wong Raden Anoman.
  • Unit 7 (Wayang Golek dan Wayang Kreasi Baru):berisikan Wayang Jawa, Wayang Tutur,Wayang Diponegaran, Wayang Golek Purwa, Wayang Golek Cepak, Wayang Golek Sunda dan Wayang Wong Dewi Trijatra.
  • Unit 8 (Topeng dan Pagelaran Mini): berisikan berbagai koleksi topeng seperti Topeng Yogyakarta, Topeng Bali, Topeng Madura, Topeng Campuran, Busana Wayang Wong, Pagelaran Mini Wayang Kulit dan Wayang Wong, Yuyu Kangkang dan Jaka Tarub, Kethek Ogleng, Jatilan dan Barong Bali dan Wayang Wong Dasamuka.
  • Unit 9 (Aneka Jenis Wayang): berisikan koleksi Wayang kerasul, Wayang Turis, Wayang Thailand, Wayang Potehi, Wayang Karton, proses pembuatan wayang dan Wayang Wong Raden Kumbakarna.
Selain koleksi wayangnya yang relatif lengkap, salah satu keistimewaan koleksi Museum Wayang Kekayon lainnya adalah sejumlah replika dan bangunan yang menguraikan sejarah Indonesia sejak zaman purba hingga proklamasi kemerdekaan. Termasuk juga sejarah kesenian wayang dari abad 6 hingga 20. Rekaman jejak sejarah Indonesia ini di awali dari halaman depan museum. Di pojok kiri depan, terdapat kompleks bangunan manusia purba yang menggambarkan asal muasal manusia Indonesia. Meskipun saat ini kondisi bangunan tersebut sudah rusak, namun setidaknya ada sebuah penanda tentang sejarah awal.
Di halaman museum terdapat patung singa Borobudur yang menandai masuknya peradaban Hindu-Budha. Di halaman museum ini, juga terdapat komplek menara air dengan atap berbentuk candi yang menggambarkan kejayaan Kerajaan Majapahit pada zaman dulu. Selain itu, terdapat pula simbol masuknya peradaban Islam yang dilambangkan dengan replika Menara Kudus. Sementara itu, Komplek Pancuran Bidadari melambangkan pengaruh Eropa, khususnya bangsa Belanda yang pernah menjajah Indonesia. Komplek Baleranu Mangkubumi, patung Jepang, dan patung Proklamasi melambangkan babak sejarah Indonesia sebelum masa kemerdekaan.
Museum Wayang Kekayon terletak di Jalan Raya Jogja–Wonosari km 7, No. 277, Baturetno, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.No telp (0274) 379058 .
Lokasi Museum Kekayon yang tepat berada di tepi jalan utama penghubung Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Gunung Kidul, memudahkan akses menuju museum ini. Dari Bandara Adi Sucipto, museum ini berjarak 6 kilometer. Sedangkan dari terminal bus Giwangan berjarak 5 kilometer, Bila ditempuh dari dari Stasiun Tugu, Malioboro, dan Keraton Yogkarta berjarak sekitar10 km. Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum jurusan Jogja-Wonosari, atau taksi untuk mencapainya.
Harga tiket yang ditetapkan oleh pengelola Museum Wayang Kekayon berdasarkan pada kewarganegaraan. Untuk pelajar dan umum, mereka dikenai harga tiket sebesar Rp 7.000,00, sedangkan untuk wisatawan asing dikenai bea masuk sebesar Rp 10.000,00. Wisatawan yang membawa kamera dikenai biaya tambahan sebesar Rp 10.000,00.
Museum Wayang Kekayon buka setiap hari Selasa–Minggu, pada pukul 08.30 – 14.30 Wib. Tiap hari Senin museum ini libur dan tidak melayani kunjungan.
Sebagai tujuan wisata seni budaya, Museum Wayang Kekayon juga memiliki fungsi pendidikan, wahana penelitian, dan juga rekreasi. Untuk menunjang hal-hal tersebut, Maka Museum Wayang Kekayon telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas.
Selain bangunan utama yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan wayang sekaligus ruang pamer, di Museum Wayang Kekayon juga terdapat bangunan-bangunan lain yang memiliki fungsi masing-masing. Salah satunya adalah ruang auditorium lengkap dengan fasilitas audio visual yang biasa digunakan untuk mempresentasikan isi museum sebelum rombongan masuk ke dalam ruang utama.
Museum Wayang Kekayon juga memiliki gedung induk berupa bangunan dengan arsitektur Jawa yang dilengkapi dengan kuncung, pendapa, longkang, peringitan, dan juga ndalem dengan sarean tengah. Pendopo yang luas dan megah ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti acara pernikahan, latihan kesenian, pelatihan, maupun paket wisata makan malam sembari menyaksikan pagelaran seni.

No comments: