Ads

Wednesday 7 November 2012

Candi Sojiwan Wisata Heritage Kabupaten Klaten

Candi ini merupakan salah satu candi yang berada di Kabupaten Klaten Jawa Tengah tepatnya di desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan lokasi candi ini persis di depan Balai Desa Kebon Dalem Kidul. Dilihat dari arsitekturnya candi ini bercorak agama hindu. Candi yang masih berada dalam tahap renovasi ini kurang lebih dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi ini dibangun kurang lebih pada saat yang sama dengan Candi Plaosan yang terletak di desa Bugisan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.
Pertama kali memasuki area candi kita langsung disuguhi hijaunya pepohonan yang ada di sekitar candi. Pegunungan yang berada di selatan Candi menambah daya tarik yang berbeda di banding dengan candi-candi lainya


Candi ini untuk pertama kalinya ditemukan oleh para penjelajah Barat pada tahun 1813 oleh Kolonel Colin Mackenzie, seorang anak buah Raffles. Ia yang sedang meneliti peninggalan-peninggalan kuno di sekitar daerah Prambanan, menemukan kembali sisa-sisa tembok yang mengelilingi candi ini.


Setelah berkeliling di candi, buat para travelers yang ingin menikmati kuliner khas dari desa ini dapat langsung menuju ke warung yang menjajakan aneka lauk tradisional seperti nasi pecel, nasi gudangan dan gorengan-gorengan.

Bagi calon wisatawan yang ingin menuju tempat ini bisa naik bus jogja-solo dan turun di lampu merah Stasiun Prambanan lalu kita cari ojek yang ada di sekitar lampu merah tersebut karena jaraknya cukup jauh sekitar 2 km ke selatan.  

Tuesday 1 May 2012

Pantai Batukaras, surganya para peselancar di Jawa Barat

Peselancar menjajal ombak di Pantai Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Kondisi pantai yang cukup dalam dan tanpa karang menjadi tantangan tersendiri bagi peselancar pemula dari dalam dan luar negeri.


Oleh Cornelius Helmy
Ciamis tidak hanya memiliki Pangandaran. Daerah di Jawa Barat itu juga memiliki pantai molek lain, Batukaras. Berjarak 35 kilometer arah barat Pangandaran, Batukaras siap menyuguhkan sensasi baru sekaligus menjadi surga bagi peselancar pemula.
Dannie (25), wisatawan asal Swedia, mengatakan, akhirnya menemukan pantai yang ia cari untuk mengasah kemampuan selancarnya. Sebagai peselancar pemula, selama ini ia mencari pantai berombak landai dengan gugusan pantai panjang tanpa karang di dasarnya.
”Angin kencangnya khas pantai selatan Jawa. Namun, karena pantainya tersembunyi di antara dua bukit karang, ombaknya jadi tidak tinggi. Saya tinggal bawa nyali,” kata Dannie, yang sudah delapan bulan terakhir melakukan penjelajahan dari Bali hingga Jawa Barat, khusus mencari pantai berombak landai.
Hal yang sama dikatakan Kirana (32), penikmat olahraga selancar asal Bandung. Ombak di Batukaras tidak sebesar di Bali atau Sukabumi. Perairan Batukaras cocok bagi pemula yang ingin memperdalam kemahiran berselancar. Namun, tidak tertutup kemungkinan ombak besar juga mengentak Batukaras. Bulan Desember-Januari, gulungan ombak setinggi 1-1,5 meter bisa memuaskan penggila selancar.
”Saat itu, di tempat ini juga dilakukan perlombaan selancar nasional bagi pemula atau profesional. Tak jarang pesertanya datang dari luar negeri,” kata Kirana.

 Pasti mahir
 
Batukaras adalah satu dari tiga kawasan wisata unggulan Kecamatan Cijulang di Kabupaten Ciamis. Dua lainnya adalah Green Canyon dan Batu Hiu.
Tidak sulit bila ingin mengunjungi Batukaras. Ipik Taupik, pemandu wisata dari Paguyuban Pemandu Wisata Pangandaran, mengatakan, berkunjung ke Batukaras bisa lewat darat atau udara.
Batukaras sendiri berlokasi sekitar 315 kilometer (km) dari Bandung, atau sekitar 6 jam perjalanan dengan bus umum. Turun di Terminal Cijulang, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan menuju Batukaras, berjarak sekitar 5 km. Perjalanan sambungan itu menggunakan ojek bertarif Rp 5.000-10.000 per orang. Atau, bisa juga menyewa angkutan umum Rp 60.000 per unit.
Jarak itu bisa dipersingkat bila menggunakan pesawat terbang berpenumpang 8 orang milik Susi Air rute Soekarno Hatta-Nusawiru di Cijulang dengan waktu terbang 3 jam. Perjalanan dari Nusawiru bisa dilanjutkan dengan ojek atau angkutan umum menuju Batukaras selama setengah jam.
Persewaan mobil dan sepeda motor juga bisa jadi alternatif. Tarif sewa mobil Rp 350.000 - Rp 400.000 per hari atau sepeda motor Rp 50.000 per hari. Pemandu wisata juga bisa diajak menemani perjalanan, yang jasanya bertarif Rp 350.000 per hari. Wisatawan akan dibawa mengunjungi sejumlah taman wisata alam, Pangandaran, Green Canyon, Penangkaran Penyu Batu Hiu, dan Batukaras.
Lalu bagaimana bila tidak punya peralatan selancar?
Jangan khawatir karena di Pantai Batukaras banyak persewaan papan selancar berbagai ukuran bertarif Rp 75.000 per setengah hari. Bila benar-benar buta perihal cara menggunakan papan selancar, bisa menyewa instruktur dengan tarif Rp 150.000 per jam. Biasanya instruktur akan membawa wisatawan ke tempat favorit di sekitar Batukaras seperti Karang, Legok Pari, dan Bulak Bendak.
Pengurus Batukaras Surf Club, Husni Ridwan, mengatakan, sekitar 50 instruktur di Batukaras sudah terlatih. Mereka mayoritas warga lokal yang lahir dan besar bersama Batukaras. Bahkan, ia berani menjamin bila dilakukan secara intensif selama 3 hari berturut-turut, wisatawan bisa menantang ombak sembari berdiri di atas papan selancar.
Pesona Batukaras tidak hanya perairannya yang ideal bagi peselancar pemula. Mirip dengan Batu Hiu dan Pangandaran, di Batukaras pun wisatawan bisa menikmati keindahan pantai selatan dari atas Karang Cikabuyutan dan Karang Bungalow. Pengunjung dimanjakan dengan pemandangan horizon Samudra Indonesia dari balik rimbunya pepohonan pantai.
”Coba Anda naik ke puncak karang. Anda akan melihat lautan lepas Samudra Indonesia di antara karang dan ranting pohon seperti Pantai Geger di Nusa Dua, Bali. Sempurna bagi Anda bila melihatnya saat matahari terbenam,” ujar Herlina, pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia Jabar.
Bila belum puas juga, muara Batukaras menawarkan potensi wisata. Arnold Andi Madong, pemilik Hotel Riversider, salah satu hotel di Batukaras, mengatakan, menawarkan wisatawan menyusuri muara menggunakan perahu motor atau jet ski. Ada juga kawasan wisata Pantai Batu Payung, batu karang di tengah pantai berbentuk payung.
”Terjun dari batu karang setinggi 7 meter itu kerap jadi atraksi favorit wisatawan,” katanya.

Perbaikan infrastruktur
Arnold mengatakan, tidak cukup hanya mengandalkan alam dan keramahan warga setempat membangun kawasan wisata ideal. Perbaikan infrastruktur harus dilakukan bila ingin menarik wisatawan lebih banyak.
Pembangunan hotel representatif perlu dilakukan. Saat ini di kawasan itu sedikitnya ada 10 hotel dan penginapan bertarif Rp 150.000 - Rp 250.000 per kamar per hari. Namun, dengan jumlah kamar kurang dari 20 unit per hotel, wisatawan biasanya menyewa rumah warga bertarif Rp 100.000 – Rp 150.000 per malam.
Perbaikan jalan juga harus menjadi perhatian. Arnold mengatakan, saat ini jalan menuju Batukaras dari Bandara Nusawiru sepanjang 5 kilometer hanya selebar 2,5-3 meter. Dengan jalan selebar itu, kerap kali timbul kemacetan saat musim libur. Akibatnya, banyak wisatawan dari Batu Hiu atau Pangandaran enggan mampir ke Batukaras.
”Jalan sekarang hanya cukup untuk satu bus. Saat akhir pekan atau hari libur dipastikan macet. Kalau sudah begitu banyak kendaraan balik arah sebelum sampai ke Batukaras,” kata Arnold.
Kasubag Tata Usaha Unit Pengelolaan Teknis Daerah Dinas Pariwisata di Cijulang, Andang Koswara, sepakat dengan usulan itu. Alasannya, Batukaras sudah menjadi kawasan wisata kelas 1 tingkat nasional, sejajar Pangandaran. Bukan tidak mungkin bila ditingkatkan kualitasnya, Batukaras akan memberikan kontribusi lebih banyak bagi Kabupaten Ciamis. Data selama tahun 2011, pendapatan dari Batukaras mencapai Rp 637 juta, lebih banyak dari target awal Rp sebesar Rp 350 juta. 

sumber : Kompas cetak , www.indonesia.travel