Ads

Wednesday 14 December 2016

Museum Batik Yogyakarta



SEJARAH

Museum ini terletak sebelah utara stasiun Lempuyangan atau sebelah barat Stadion Mandala Krida lebih tepatnya di Jalan Dr. Sutomo 13 A Yogyakarta. Museum ini didirikan pada tanggal 12 Mei 1979 didirikan atas prakasa bapak Hadi Nugroho, pemilik museum. Pengumpulan kain batik mula-mula dari kerabat, orang tua, eyang dan generasi Hadi sendiri yang berusaha batik dari tahun 1930. Museum ini dikelola oleh Hadi dan istrinya Dewi, museum ini adalah museum swasta (museum pribadi). Museum ini diresmikan oleh Kanwil P&K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Museum ini pernah meraih rekor MURI atas karya ‘Sulaman Terbesar’, batik berukuran 90 x 400 cm2  pada tahun 2000, luas museum ini 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya.

KOLEKSI
Dari segi bangunan museum ini sangat sederhana tetapi begitu kita masuk kedalam musem banyak sekali kain-kain yang tersimpan, ini sangat menakjubkan. Di meja tempat pembelian tiket kiita disambut dengan ramah oleh pengelola museum ini, pengelola museum akan mendampingi kita untuk berkeliling dan menceritakan tentang filosofi setiap batik. Di musem ini terdapat1.200 koleksi perbatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap,124 canting (alat pembatik), dan 35 wajan serta bahan pewarna, termasuk malam. Jenis-jenis batik yang ada di museum ini ialah batik  Lasem, indramayu,kedonguni, demak, pekalongan, banyumas, Cirebon, jogja, dan solo. Batik kuno dari tahun 1700 juga tersimpan rapi di museum ini, ruang perawatan khusus batik juga tersedia di sini jadi perawatan batik sangat maksimal di sini. Untuk koleksi batik tulis sendiri penyimpanannya harus di gulung agar tidak cepat rusak. Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Selain batik tulis dan batik cap disini juga terdapat koleksi batik printing, tetapi hasil yang dihasilkan tidak sebagus batik tulis, ada juga macam-macam bordiran, pola  border, sulaman dan kebaya encim walaupun sulaman tidak sebanyak batik tetapi sangat menarik sekali. Jika anda beruntung, anda dapat melihat pembuatan batik tulis, jika ingin belajar membatik di musem ini dikenakan biaya Rp. 25.000,00 perjam.
Setiap batik mempunyai filosofi sendiri dan berhubungan dengan adat Jawa itu sendiri. Batik Madu Bronto dikenakan untuk 2 sejoli yang menjalin suatu hubungan atau lebih kita kenal dengan berpacaran, batik Sido Dadi dikenakan jika kedua sejoli telah benar-benar serius dalam menjalin hubungan, batik Semen Rante dikenakan di saat prosesi lamaran berlangsung, untuk malam midodareni mengenakan batik Wahyu Temurun, batik Ceplok Dempel dikenakan untuk menyebar undangan pernikahan dan saat pernikahan berlangung menggunakan batik Sido Mukti. Untuk para orang tua dari masing-masing pengantin menggunakan batik Truntum Angkara/Truntum Ceplok dan untuk nenek menggenakan batik Sido Mulyo, selain prosesi pernikahan batik juga digunakan untuk acara sunatan, batik yang dikenakan ialah batik Pringondani.
Motif yang dapat terlihat dari batik pesisir ini biasanya dipengaruhi oleh akulturasi budaya, seperti budaya Arab, Belanda, Jawa, dan Cina sehingga motifnya pun bebas. Ciri lain dari batik pesisir adalah bentuk gambar dan warnanya yang bervariasi karena budaya pesisir memang lebih terbuka dan dinamis untuk menerima budaya baru yang masuk.
Batik pedalaman sendiri adalah batik yang berasal dari lingkungan keraton dan biasa dikenakan oleh kalangan bangsawan di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta. Motif dari batik pedalaman ini sendiri lebih monoton dengan warna kayu dan natural. Walaupun begitu, batik pedalaman mempunyai nilai filosofi tinggi dan digunakan untuk ritual adat atau keagamaan yang biasa dilaksanakan di lingkungan keraton.
Museum batik Yogyakarta menyimpan, mearawat dan melestarikan warisan seni budaya yang adhi luhung dalam pengelolaan tradisi berbusana. Seni batik Indonesia tetap terjaga dengan baik, meskipun proses pembuatan dan mutu berkembang dari masa ke masa. Museum Batik Yogyakarta berupaya mewariskan nilai-nilai seni batik yang adhi luhung kepada generasi muda Indonesia untuk mampu melestarikan warisan seni batik bangsa Indonesia juga menanamkan rasa handarbeni seni batik Indonesia sebagai milik bangsa Indonesia.
Menarikkan melancong sambil mendapat ilmu baru, monggo mampir..

No comments: