Ads

Tuesday 3 June 2014

Catatan singkat perjalanan ke Banyuwangi (The Sunrise Of Java)



Trip ke Taman Nasional Baluran dan Pulau Merah

Kereta api Sri Tanjung Lempuyangan-Banyuwangi Baru


Langsung aja ga pake lama, setelah seminggu sebelumnya beli tiket di Stasiun Lempuyangan akhirnya pagi itu terlaksana juga naik kereta untuk yang kedua kalinya (bagi saya hehe). Sekitar jam 07.10 WIB saya sudah nyampe ke Stasiun Lempuyangan (takut ketinggalan kereta) karena di dalam jadwal keretanya tertera jam 07.45 WIB mulai berangkat, sampai di Stasiun ternyata sudah ada temen yang sudah mendahului saya Si Juminten dan Cici (panggilan akrabnya). Selang tidak lama temen yang lain juga mulai berdatangan. Jumlah rombongan yang ikut trip ini adalah sepuluh orang, jam sudah menunjukan pukul 07.30 WIB dan yang baru datang ada tujuh orang, tinggal sisa dua orang lagi. Ya udah tunggu aja mungkin lagi otw”, kata salah satu dari teman saya. Menit demi menit sudah berlalu tinggal 10 menit lagi kereta mau berangkat dan kedua orang teman saya belum juga kelihatan hidungnya, semua rombongan mulai panik benar saja hla wong yang belum datang itu yang bawa tiket, dan temen-temen mengira mungkin ini cuma iseng agar heboh aja, e hla sudah di sms, di telpon segala macem juga tidak ada respon, wah gagal nih ke Banyuwangi (dalam hati).    Ayo-ayo pada kemana sih kog belum dateng-dateng, hmmm (mulai gelisah tidak karuan).
Stasiun yang dilewati Sri Tanjung
Kereta sudah mulai terdengar suara mesinya dan announcement-pun sudah di ucapkan, tapi dua orang yang bawa tiket ini belum juga nongol, walah-walah kepie iki (waduh-waduh gimana nie). Ya sudah akhirnya rombongan yang sudah tiba di stasiun tadi mencoba untuk memberi kabar kepada petugas bagian tiket bahwa tiket kita di pegang sama teman yang belum datang sampai sekarang dan misalkan dibuatkan tiket lagi gimana Mbak, bisa gak ya “ tanya salah satu teman saya. Petugas menjawab “ mohon maaf tiket cuma bisa dicetak satu kali saja, ditunggu aja temannya mungkin lagi dalam perjalanan. Tinggal kurang dari lima menit dengan wajah yang biasa-biasa aja akhirnya yang bawa tiket datang, sambil mengambil tiket-tiket yang ada di tas si Rani yang bawa tiket dadi bilang “ Sorry yo cah tangiku kawanen hehe. Balik ke rombongan tadi, akhirnya tinggal satu orang lagi yang belum datang sambil menyiapkan KTP untuk pemeriksaan tiket dan beberapa orang sudah mulai memasuki ruang tunggu mau naik kereta, akhirnya si Dendy dengan cepatnya menghampiri rombongan. Alhamduillah akhirnya semua bisa ikut juga trip kali ini. Langsung saja semua rombongan naik ke atas kereta dan mulai menikmati suasana kereta kelas ekonomi yang full AC Sri Tanjung, cukup murah juga dengan Rp50.000,- kita sudah sampai ke Stasiun Banyuwangi Baru (Stasiun pemberhentian paling akhir dari kereta Sri tanjung) . Stasiun Banyuwangi Baru merupakan stasiun paling ujung timur di Pulau Jawa dan berdekatan pula dengan Pelabuhan Ketapang (pelabuhan penyeberangan dari P. Jawa ke P. Bali).

Makan Bersama di depan Pelabuhan Ketapang
Berangkat jam 07.45 WIB dan akhirnya sampai di Banyuwangi jam 20.45 WIB perjalanan yang cukup membuat perut ini lapar meskipun dari rumah sudah dipersiapkan amunisi yang cukup banyak. Setelah sampai di banyuwangi kemudian rombongan kami berencana untuk istirahat dan mencari tempat makan di sekitar pelabuhan. Dalam perjalanan mencari sesuap nasi hhehe, ketemu dengan seorang bapak-bapak yang menawarkan jasa angkot.
Mau kemana mbak mas” tanya Bapak tersebut kepada kita. Mau cari makan pak”, kata Dendy. Masih ngotot juga si bapak yang menawarkan angkot tadi, mau kemana saya antar “ kata bapak sopir angkot. Akhirnya ya sudah disini mulai ada tawar menawar harga untuk perjalanan dari stasiun ke pos Taman Nasional Baluran, dengan kejelian dan kegigihan penawaran harga akhirnya diputuskan sewa angkot dari Stasiun ke Baluran Rp200.000,- dibagi sepuluh orang jadi per-orang kena Rp20.000,-.

Didalam angkot
Urusan transpot selesai, kemudian untuk makan setelah berunding dengan bapak sopir angkot Pak Dadang, akhirnya beliau bersedia menunggu rombongan untuk cari makan, dan makan sampai selesai. Kemudian hampir dua ratus meter berjalan kaki menuju pelabuhan akhirnya diputuskan makan nasi goreng (masakan khas Indonesia banget) ya pada waktu itu per porsi Rp7000,-. Makan selesai dan cuss menuju Taman Nasional Baluran, waktu tempuhnya kira-kira satu setengah jam dari Banyuwangi. Sampai di TN baluran sekitar jam 22.30 WIB dan menuju pos untuk  mencari penginapan di TN Baluran karena sebelumnya denger-denger di TN Baluran ada tempat untuk penginapan gratis ya kita coba tanya, dan hasilnya nol. Kata Petugas “dulu memang dibolehkan tapi sekarang sudah tidak boleh untuk menginap di sana”. Karena bingung mau menginap dimana akhirnya solusi yang diambil satu-satunya tidur di masjid terdekat atau polsek karena di sekitar TN Baluran ada polsek juga tapi lupa namanya polsek mana.

masjid
 Setelah berbicara dengan petugas jaga pos TN Baluran dan bertanya apakah ada masjid terdekat untuk dijadikan tempat untuk bisa tidur. Kemudian si penjaga pos tersebut bilang ada dan kalo mau disekitar masjid tersebut ada homestay juga. Sampai di masjid yang kita cari, jaraknya 100m dari pos jaga, malam itu sudah agak larut sekitar pukul 23.00 WIB sampai di masjid. Kata petugas jaga pos TN Baluran tadi jika kepepetnya mau tidur di emperan masjid silahkan terlebih dahulu izin dengan takmir masjidnya, rumahnya di kiri masjidnya persis.

Homestay
Singkat cerita, kamipun menemukan masjid tersebut dan istirahat sambil diteruskan sholat. Sekitar jam setengah dua belas tiba-tiba kami dihampiri warga sekitar, beliau mengarahkan kepada kami tentang perjalanan selama empat hari tersebut. Kemudian Bapak tersebut yang ternyata memiliki homestay juga mengajak untuk menginap di homestaynya. Akhirnya setelah melakukan perundingan yang cukup singkat kami pun bergegas menuju homestay.


Homestay di sekitar TN baluran yang kita tempati harganya Rp110.000,-/orang itu kita dapat 2 malam menginap dan dapat 3 kali makan di homestay. Homestay milik Pak Iman tersebut memiliki tiga kamar tidur dan satu kamar mandi. yaa cukuplah untuk bermalam 10 orang waktu itu, tapi dicukup cukupin haha.

Pintu Gerbang Baluran
Oke, perjalanan pertama yaitu ke Taman Nasional Baluran sebelum berangkat kita sarapan terlebih dahulu. Jam sudah menunjukan pukul delapan pagi dan kendaraan untuk membawa kita menelusuri TN Baluran pun sudah siap siaga. Pada waktu itu kita menyewa satu colt pick up perorang kita cukup bayar Rp30.000,- pp. Setelah selesai sarapan dan perutpun kenyang kita langsung cabut dari homestay dan menuju Taman Nasional Baluran. O ya tiket masuk taman nasional ini cukup murah hanya Rp3000,-/orang karna kita masih pelajar. untuk yang dewasa Rp5.000,- terus yang wisatawan mancanegara Rp150.000,-.

Perjalanan yang kita tempuh sebelum singgah di Pantai Bama (pantai yang ada di Taman Nasional Baluran) sekitar dua jam. Selama itu pula kami disuguhi pemandangan yang eksotis seperti tidak ada ditempat lain banyak burung, banteng, rusa dan suasana di Savana Bekol benar-benar seperti suasanan savana Afrika, maka tidak heran jika di Taman nasional ini memiliki sebutan Afrikanya Indonesia ya di Taman Nasional Baluran.


Daftar Harga Tiket


Savana Bekol


Di Savana bekol ini kita bisa melihat pohon yang tumbuh tetapi disekelilingnya hanya ada rumput dan pemandangan Gunung Baluran yang menawan.


Savana Bekol
Disini Anda juga harus berhati-hati karena ada sekelompok kawanan monyet yang liar dan kadang-kadang langsung menyerobot barang bawaan kita. Tipsnya, selalu awasi barang kita jangan sampai kita tinggal begitu saja dan kalo bisa jangan mengeluarkan makanan atau suara-suara seperti plastik bungkus makanan karena hal ini dapat mengundang monyet untuk melancarkan aksinya.

Setelah puas berfoto-foto di Savana Bekol perjalanan selanjutnya adalah ke Pantai Bama.Pantai Bama ini merupakan pantai yang agak landai dan menariknya disana banyak sekali kera ekor panjang yang menghuni pantai ini.

Pantai Bama
Fasilitas di pantai ini juga cukup mendukung seperti mushala, km mandi, kantin dan ada perahu boat juga. Disekitar pantai kita juga dapat menikmati hutan mangrove yang tumbuh di bibir pantai. Pantai ini merupakan satu-satunya pantai yang ada di Taman Nasional Baluran, suasananya yang tenang dan damai disertai angin sepoy-sepoy menjadikan pantai ini cocok sekali untuk menikmati liburan kamu.

Setelah hari mulai meredupkan cahayanya, kita akhirnya menyudahi perjalanan di Taman nasional ini dan destinasi terakhir di Taman Nasional ini adalah pergi ke lokasi pengamatan satwa.




Di atas boat Pantai Bama
Sebelum ke lokasi pengamatan satwa, alangkah baiknya kita mengabadikan momen ketika berada diatas boat keren di Pantai Bama dan taraa.... sekali jepret aja dengan timer di kamera sudah cukup untuk mengabadikan suasana itu.

Lokasi pengamatan satwa sebenarnya rutenya sudah kami lewati di sekitar Savana Bekol, namun karena biasanya hewan-hewan yang ada di Taman Nasional ini kembali ke tempat istirahatnya pada waktu sore hari jadi kami memilih untuk melakukan pengamatan pada sorenya. Setelah melewati beberapa anak tangga, cukup menguras tenaga juga akhirnya sampai ke lokasi pengamatan satwa. Emang bener disini adalah tempat yang cocok untuk melakukan pengamatan karena kita bisa melihat dari segala arah untuk mengamati aktivitas binatang-binatang yang ada di Taman Nasional ini.


Lokasi Pengamatan Satwa


Di tempat ini kita bisa melihat luasnya taman nasional dan satwa-satwa dari atas yang mulai beranjak menuju peristirahatanya.

Kecewa sekali, pada waktu tiba disini batrey kamera sudah habis alhasil gambar cuma dapet jepretan tangan terakhir. Padahal momen kembalinya binatang-binatang ke tempat istirahatnya belum tertangkap yah gimana lagi, mungkin kalo ada rejeki yah bolehlah main-main kesini lag (ngga bosen nih :D)
 
Setelah dari lokasi pengamatan, karena hari sudah mau gelap kami bergegas untuk kembali ke homestay dan mempersiapkan tenaga lagi untuk tour ke Pulau Merah keesokan harinya.

Sebelum meninggalkan homestay



Hari kedua, setelah sarapan pagi sekitar jam delapan pagi kita menuju destinasi yang ada di Banyuwangi yaitu Pulau Merah. Ternyata pada waktu itu disana bersamaan dengan diadaknya event surving yang berskala internasional.


berangkat menuju Pulau Merah

Akomodasi yang kita bawa untuk menuju kesana adalah kita menyewa sebuah angkot yang notabene angkot tadi adalah angkot yang kita tumpangi dari stasiun Banyuwangi Baru menuju pintu masuk TN Baluran.


Yaa Pak Dadang itu nama driver angkotnya tadi. Sungguh perjalanan yang membawa kocak temen-temen satu kelas pada waktu itu, pasalnya Pak Dadang dengan asyiknya mengemudikan Mercedeznya dengan gaya yang unik.

Beliau selalu saja tidak mau mengalah dengan kendaraan di depanya walaupun dari segi fisik Mercedez miliknya jauh lebih termakan usia dibandingkan dengan kendaraan yang Ia salip dengan tidak lupa berkali-kali membunyikan klakson nya. tet tet tetetetetetetet minggir semua akhirnya yang di depan.


Pulau Merah
Cukup banyak wisatawan pada waktu itu yang datang dan menyaksikan perhelatan internasional tersebut. Berangkat jam delapan dan sampai di Pulau Merah sekitar jam setengah sebelas lebih.

Perjalanan menuju ke Pulau Merah tersebut perorang kena biaya Rp65.000,- pp dan pulangnya kita meminta di turunkan di sekitar pelabuhan karena kita mau ke Pulau Bali untuk sekedar menginjakan kakinya di Pulau tersebut dan sekaligus makan malam dan mandi. hehehe


Sore itu kemudian langsung membeli tiket menuju ke Pulau Bali dengan harga tiketnya Rp6.500,-/orang.
Pembelian tiket

Kala itu cukup sepi loket tiketnya dan setelah dapat kartu untuk menyeberang kami berangkat menuju ke kapal yang akan mengangkut rombongan kami.

Sambil menunggu kapal bersandar kita ngopi-ngopi dahulu dan sesekali melihat pemandangan kapal yang sedang bongkar muat barang.



Setelah selesai bongkar muat akhirnya kapal pun bisa dinaiki, dan kita beranjak naik ke kapal. Kala itu cuaca sangat cerah dan hasilnya dapat gambar seperti itu. Pemandangan laut dengan latar belakang gunung yang berdiri tegak nan gagah perkasa, disertai objeknya yaitu bendera sang merah putih sungguh menggambarkan Indonesia yang sangat kaya alam dan budayanya.

Sunset Gunung
Entah kenapa karena timming yang pas atau apa diatas kapal kita bisa melihat langit yang indah sore itu.

Memang keindahan Indonesia tidak akan pernah habis, pesonanya selalu menghipnotis orang-orang disekelilingnya. Namun, jika kita tidak menjaganya tidak mungkin tidak kekayaan alam yang luar biasa ini dimiliki oleh negara lain.


Suasana di Dek tengah Kapal

Sekitar satu jam sudah berlalu kita sampai di Pulau Bali dan lokasi pertama yang kita cari adalah warung makan. Setelah sekitar 600m kita dapat warung makan tersebut dengan menu ayam betutu dengan porsi yang cukup yang dihargai Rp17.000,- per porsi sudah cukup mengenyangkan perut ini.


Kemudian lokasi kedua yang kita cari adalah masjid untuk sholat dan membersihkan diri (mandi maksudnya). Akhirnya nemu juga masjid yang gede tapi kelihatanya yang bagian atas belum selesai di bangun. Akhirnya kita beristirahat di masjid itu. Malamnya sekitar jam sebelas malam kita beranjak meninggalkan Pulau Dewata Bali dan pergi ke Stasiun Banyuwangi Baru untuk perjalanan pulang keesokan harinya.


sampai di Pelabuhan Ketapang
Sampai di Pelabuhan Ketapang dan dengan berjalan kaki sekitar dua ratus meter kita sampai ke Stasiun Banyuwangi Baru. Di Stasiun ini ternyata juga sudah ada orang yang menunggu Sri Tanjung (kereta yang akan kita naiki) dihidupkan. Tanpa pikir panjang namanya juga backpacker kita tidur sejenak di emperan Stasiun sambil menunggu keberangkatan kereta untuk menuju ke Jogjakarta.


Sepertinya hari mulai pagi dan tidak terasa perut sudah keroncongan lagi, di depan Stasiun sepertinya ada orang jualan nasi bungkus. Langsung capcus beli nasi bungkus itu harga Rp5000,-/bungkus menunya ada telur dan ikan. Perut sudah kenyang  dan keretapun sudah meniupkan bunyinya tanda kereta mau diberangkatkan waduhhh,



Catatan singkat ini semoga berguna bagi teman-teman yang ingin atau sudah berencana pergi berwisata ke Banyuwangi, Selamat Berwisata....:D

Savana Bekol. gambar diambil oleh Rizki Abdirahman

Pantai Pulau Merah. gambar diambil oleh Rizki Abdirahman

Savana Bekol. gambar diambil oleh Rizki Abdirahman